Nama Asli: Hideto Matsumoto
Tempat/Tgl Lahir: Kanagawa, Yokohama / 13 Desember 1964
Gaya Permainan: Hard Rock
Group Band: X-Japan, Saver Tiger
Pengaruh musikal: Kiss, Bow Wow
Gitar Yang Digunakan: Fernandes MG-120X,ESP
Ampli : Marshall
Ia mulai mengenal musik keras saat berusia 15 tahun ketika salah satu
temannya memperkenalkan musik dari grup rock seperti Kiss dan BowWow.
Sejak saat itu, Hide begitu tertarik dengan karakter band yang memiliki
penampilan visual yang nyentrik dan stylish. Jepang pada waktu itu
sedang dilanda demam musik pop dari artis luar seperti Michael Jackson.
Rock menjadi musik yang termasuk underground. Keinginannya menjadi
pemain band mulai tumbuh dan ia berniat ingin memiliki band sendiri
dengan mulai mempelajari gitar. Setahun kemudian, ia mendapatkan gitar
elektrik pertamanya Gibson Les Paul Deluxe.
Band pertama pun dibentuk bersama teman-teman sebayanya dengan nama
Saver Tiger. Band tersebut berkarakter musik seperti Kiss dan Hide
berposisi sebagai lead gitaris dan penulis lagu-lagunya. Kemudian
bersama bandnya mulai tampil di beberapa bar. Dengan cepat bandnya
menjadi salah satu grup yang populer di Yokosuka. Namun setelah
mengalami pergantian formasi sebanyak 8 kali akhirnya pada tahun 1987
band tersebut dihentikan.
Tak lama setelah menghentikan bandnya, Hide kemudian menerima telpon
dari seseorang bernama Yoshiki yang memiliki band bernama X. Yoshiki
sedang membutuhkan gitaris, dan prestasi Hide ditingkat lokal membuat
Yoshiki tertarik untuk merekrutnya. Ia pun setuju meski tak akan pernah
menyangka bahwa band ini kelak akan merubah seluruh jalan hidupnya. Pada
Januari 1987, Hide secara resmi bergabung dengan X. Personel X saat itu
adalah Yoshiki (drum & piano), Toshi (vocal), Taiji (bass), Pata
(gitar) dan Hide (lead gitar). Ia menggagas konsep Visual Shock atau
penampilan yang super nyentrik pada band barunya tersebut.
Album debut perdana Vanishing Love direlease tahun 1988 dengan
mengandalkan hits Kurenai lansung menggebrak. Setahun berikutnya album
Blue Blood yang menjagokan 3 hits : X,Week End, dan satu lagu slow
Endless Rain. Lagu keras dengan dipadukan dengan warna symphony dan
penampilan yang nyentrik membuat band ini makin bersinar. Tahun 1991 X
menelurkan album Jealousy yang mengandalkan 2 hits Silent Jealousy dan
Say Anything. Secara perlahan band ini mulai meruntuhan dominasi musik
pop, apalagi saat itu dunia musik sedang dilanda demam Guns N' Roses
yang cukup berpengaruh juga untuk merubah paradigma masyarakat Jepang
terhadap jenis musik ini.
Hide pun mulai dijagokan sebagai icon musik rock Jepang saat itu dan
mempelopori sebutan khusus untuk musik mereka dengan nama J-Rock.
Berbeda dengan band Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang
juga namun warna musiknya lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan
warna musik Hyde memiliki warna tersendiri yang banyak mengilhami
band-band J-Rocks berikutnya. Tahun 1994 Hide meluncurkan album solonya
hide Your Face dan dilanjutkan dengan album Psyence. Ia menghasilkan
karya-karya seperti Misery, Beauty & Stupid, HI-Ho/Good Bye dan MIX
LEMONed JELLY.
Tahun 1996, Hide kembali masuk ke studio rekaman bersama X yang telah
berubah nama menjadi X-Japan dikarenakan ada band di Amerika yang juga
memiliki nama X. Album barunya diberi nama Dahlia. Banyak pengamat musik
menilai album ini adalah album masterpiece X-Japan dikarenakan dari 10
lagu, setidaknya 8 lagunya merupakan jagoan semua. Lagu-lagu tersebut
seperti Dahlia, Scars, Longing (Togireta Melody), Rusty Nail, Crucify My
Love, Tears, Drain, dan Forever Love. Album itu makin memperkokoh nama
X-Japan sebagai band rock nomor satu di Jepang dan berakibat semakin
meluasnya ketenaran X-Japan sampai ke negara-negara lain seperti Korea,
Hong Kong, Cina, dan Taiwan.
Satu tahun kemudian, dikarenakan sang vocalis Toshi ingin bersolo karir,
terjadilah perpecahan pada X-Japan sehingga mereka akhirnya menyatakan
bubar. Namun tuntutan para fans-fans fanatiknya yang ingin melihat
sekali lagi penampilan X-Japan membuat Yoshiki dan Hide sepakat untuk
menggelar X-Japan Last Live. Konser yang diadakan tanggal 31 Desember
1997 ini dipadati oleh puluhan ribu penonton. Sebuah konser yang sangat
spektakuler dengan tata cahaya yang super brilian, dan desain panggung
yang luar biasa dan konsep yang apik menjadikan konser tersebut sebagai
salah satu konser terbaik sepanjang sejarah musik Jepang. Setelah konser
berakhir, praktis tak ada lagi penampilan X-Japan.
Setelah X-Japan bubar, Hide melanjutkan proyek solonya. Ia merelease
album Rocket Dive. Ia juga sempat bekerjasama dengan band asal Amerika,
Zilch. 27 April 1998 ia kembali ke Jepang setelah sebelumnya sempat
tinggal di L. A. selama beberapa waktu untuk beberapa proyeknya. Tanggal
1 Mei, setelah merayakan promo singlenya di Fuji TV, ia mabuk dan
pulang ke Tokyo. Namun keesokan harinya ia ditemukan telah tewas. Dunia
musik Jepang sangat terguncang mengingat yang tewas adalah seorang
pelopor J-Rocks sejati. Upacara kematian Hide digelar di Kuil Honganji.
Upacara itu dipadati lebih dari 50.000 J-Rockers (fans J-Rocks) diluar
kuil dan membentuk barisan sepanjang lebih dari 1 km sedangkan 12.000
lainnya didalam lingkungan kuil.
Beberapa bulan kemudian, Yoshiki menggelar konser penghormatan kepada
Hide. Acara itu juga dihadiri oleh Kiss, Slash, Marylin Manson dan
band-band yang ia orbitkan (kelak juga merajai panggung musik J-Rocks),
Glay, dan Luna Sea. Tak lupa pula Toshi dan Yoshiki yang merupakan rekan
Hide semasa di X-Japan melantunkan 2 buah lagu, Forever Love dan Tears.
Puluhan ribu orang menangisi kepergian Hide sang pionir musik-musik
J-Rocks. Ia lah yang mempopulerkan Visual Kei ala J-Rocks dan Visual
Shock yang kini dianut oleh semua artis-artis J-Rocks. Bahkan kini di
Yokohama dibangun museum Hide yang didalamnya disimpan memorabilia Hide
seperti gitar, kostum, CD, mobil, dsb.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !